Kata-Kata yang Paling Banyak Muncul dalam Pidato Terakhir Jokowi: Fokus pada Indonesia, UU, dan Harapan untuk Prabowo

Analisis Pidato Kenegaraan Jokowi: "Indonesia" dan "UU" Mendominasi, Serta Permintaan Maaf dan Harapan untuk Presiden Terpilih

Redaksi BNews

JAKARTA – Dalam pidato kenegaraan terakhirnya pada Sidang Tahunan MPR di Gedung Nusantara MPR/DPR/DPD RI, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan berbagai tema penting menjelang akhir masa jabatannya. Pidato pada Jumat (16/8/2024) ini menjadi unik karena merupakan pidato terakhir Jokowi sebelum menyerahkan kepemimpinan kepada presiden terpilih, Prabowo Subianto, pada Oktober mendatang.

Menurut analisis menggunakan Word Cloud Generator, kata yang paling sering disebut oleh Jokowi adalah “Indonesia”, yang muncul sebanyak 24 kali. Kata “Negara” juga mencuat dengan 14 sebutan, diikuti oleh “UU” (20 kali), “Rakyat” (10 kali), dan “Masyarakat” (8 kali).

Berikut adalah kata-kata yang paling banyak muncul dalam pidato Jokowi:

  • Indonesia (24 kali)
  • Negara (14 kali)
  • UU (20 kali)
  • Rakyat (10 kali)
  • Masyarakat (8 kali)
  • Bangsa (8 kali)
  • Kerja (7 kali)
  • Pembangunan (6 kali)
  • Negeri (6 kali)
  • Energi (6 kali)
  • Harapan (5 kali)
  • Anggaran (5 kali)
  • Desa (4 kali)
  • Daerah (4 kali)
  • Dunia (4 kali)
  • Ekonomi (4 kali)
  • Transisi (4 kali)
  • Ma’ruf (3 kali)
  • Tantangan (3 kali)
  • Cita-Cita (3 kali)
  • Perubahan (3 kali)
  • Persatuan (3 kali)

Pidato ini menekankan berbagai prestasi selama masa jabatan Jokowi, termasuk pencapaian di bidang hukum dengan hadirnya Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan UU Cipta Kerja. Jokowi juga mengucapkan permintaan maaf atas segala hal yang mungkin belum dapat terwujud selama masa pemerintahannya, mengatasnamakan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.

Selain itu, Jokowi secara spesifik menyebut nama Prabowo Subianto, presiden terpilih yang akan melanjutkan kepemimpinan Indonesia. Jokowi berharap agar Prabowo mendapatkan petunjuk dan kemudahan dalam memimpin negara ke depan.

Dalam pidatonya, Jokowi juga menyebutkan kata “maaf”, yang mencerminkan rasa tanggung jawabnya terhadap berbagai kekurangan selama masa pemerintahannya. Sementara kata “digitalisasi” muncul tiga kali dalam konteks peningkatan layanan pemerintah. Kata-kata terkait komoditas seperti “Nikel”, “Bauksit”, dan “Tembaga” juga disebutkan, menyoroti langkah pemerintah dalam industri pengolahan dan pengurangan ekspor bahan mentah.

Selain itu, Jokowi mencatat upaya Indonesia dalam mengatasi krisis iklim dengan menyebut “iklim” sekali dan “hijau” dua kali, menunjukkan komitmennya terhadap keberlanjutan lingkungan.