BANGKOK – Thailand kembali memasuki babak baru dalam dinasti politik keluarga Shinawatra setelah Paetongtarn Shinawatra, putri bungsu dari mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra, terpilih sebagai Perdana Menteri pada Jumat, 16 Agustus 2024. Paetongtarn, yang baru berusia 37 tahun, mencatat sejarah sebagai perdana menteri termuda di Thailand dan perempuan kedua yang memegang jabatan ini setelah bibinya, Yingluck Shinawatra.
Dengan perolehan 319 suara di parlemen, Paetongtarn berhasil mengamankan posisinya sebagai penerus dinasti politik yang sudah mendominasi Thailand sejak awal 2000-an. Dia menggantikan posisi yang pernah dipegang oleh ayahnya, Thaksin, yang digulingkan dalam kudeta militer pada 2006, dan bibinya Yingluck, yang saat ini berada di pengasingan.
Dalam pidato perdananya, Paetongtarn mengungkapkan rasa syukur dan komitmennya untuk memajukan Thailand. “Saya merasa sangat terhormat dan berterima kasih atas kepercayaan ini. Saya bertekad untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Thailand,” ujarnya dengan penuh semangat.
Meskipun Thaksin tidak lagi aktif di panggung politik, pengaruhnya masih sangat terasa dalam strategi politik partai yang telah mendominasi negara tersebut selama dua dekade. Paetongtarn memulai karir politiknya sebagai pemimpin komite penasihat di Pheu Thai pada 2021 dan kemudian diangkat sebagai ketua partai serta salah satu dari tiga kandidat utama perdana menteri dalam pemilu terakhir.
Paetongtarn menegaskan bahwa meskipun ia sering dikaitkan dengan ayahnya, dia memiliki visi dan keputusan sendiri dalam memimpin negara. Namun, tantangan besar menantinya. Thailand dikenal dengan sejarah politik yang sering diwarnai oleh campur tangan militer dan keputusan kontroversial dari lembaga hukum.
Pemilihan Paetongtarn terjadi setelah pendahulunya, Srettha Thavisin, dicopot dari jabatannya akibat pelanggaran etika serius hanya beberapa bulan setelah dilantik. Ini adalah gejolak politik kedua yang signifikan dalam waktu singkat, setelah Mahkamah Konstitusi membubarkan Partai Move Forward yang progresif sebelumnya.
Pheu Thai, yang telah memenangkan semua pemilu nasional sejak 2001, kini harus berbagi kekuasaan setelah Partai Move Forward dihalangi oleh Senat yang didominasi militer. Kerja sama Pheu Thai dengan partai-partai yang sebelumnya berafiliasi dengan militer menimbulkan spekulasi bahwa terpilihnya Paetongtarn merupakan hasil dari kesepakatan di balik layar untuk mencegah Partai Move Forward menguasai kekuasaan.