Kobar – Dalam upaya menangani kebakaran lahan yang melanda Kecamatan Kumai, personel Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kotawaringin Barat (Kobar) berhasil memadamkan api yang melahap sekitar 7 hektar lahan dari Jumat (19/7) hingga Minggu (21/7). Musim kemarau yang mulai melanda sejak awal Juli menyebabkan peningkatan titik api di berbagai wilayah Kobar.
Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Kobar, yang berkoordinasi dengan berbagai instansi terkait, melaksanakan pemadaman kebakaran di Jalan Juhar dan Jalan Holing RT 01, Desa Kubu. Kebakaran pertama kali dilaporkan pada Kamis (18/7) malam pukul 22.25 WIB, dan tim segera merespons dengan koordinasi bersama Masyarakat Peduli Api (MPA) Desa Kubu.
“Api terlihat pada malam hari dan segera ditangani setelah koordinasi,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kobar, Martogi Siallagan. “Namun, saat kembali dari lokasi pertama, tim menemukan kebakaran baru yang memerlukan penanganan lebih lanjut.”
Di lokasi kedua, personel gabungan, termasuk Manggala Agni, Huma Singgah Itah, Tagana, KPHP, IAE, dan MPA Desa Kubu, menghadapi tantangan berupa angin kencang dan sumber air yang minim. “Kondisi angin yang kencang memperparah situasi, dan kekurangan sumber air menjadi kendala tambahan,” jelas Martogi.
Meskipun api berhasil dipadamkan pada Minggu kemarin, tim akan terus memantau area untuk memastikan tidak ada potensi kebakaran baru. Martogi mengajak masyarakat dan instansi untuk berkoordinasi dalam pengawasan dan pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Kepala Pelaksana BPBD Kobar, Syahruni, melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan, Pahrul Laji, menegaskan pentingnya sosialisasi dan publikasi terkait karhutla. “Kami telah memasang baliho dan melakukan sosialisasi melalui berbagai kegiatan untuk mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar,” ujar Pahrul.
Pihaknya juga mengadakan pertemuan bertajuk Sosialisasi Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Rawan Bencana di beberapa desa dan kelurahan untuk meningkatkan kesadaran. Pahrul menambahkan, koordinasi berkelanjutan dan peta risiko bencana akan menjadi acuan penting dalam pencegahan karhutla di wilayah Kobar.